Upacara Pernikahan – Sanggar Wulandari https://www.sanggarwulandari.com/wd Wedding Package & Catering Service's Fri, 22 Apr 2016 13:05:09 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=4.4.15 https://www.sanggarwulandari.com/wd/wp-content/uploads/cropped-icon-2-32x32.jpg Upacara Pernikahan – Sanggar Wulandari https://www.sanggarwulandari.com/wd 32 32 Adat Melayu https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=79 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=79#respond Tue, 18 Jan 2011 17:28:40 +0000 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=79 UPACARA
PERLENGKAPAN&MAKNA

Malam Berinai

Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan melindungi pasangan pengantin dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata, menaikkan aura dan cahaya pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria.
Berinai yang dimaksud adalah memasang/memoleskan daun inai (daun pacar) yang sudah digiling halus, terutama pada kuku jari tangan dan telapak tangan jari kaki dan telapaknya samapi ke tumit.

Upacara Berandam

Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci.
Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.

Akad Nikah

Biasanya upacara akad nikah ini dilakukan pada malam hari yang mengambil tempat di kediaman calon pengantin wanita.
Sebelum berangkat ke rumah mempelai wanita, pengantin pria terlebih dahulu ditepung tawari(diberi bedak dingin yang dibuat secara tradisional) sebagai lambing hati yang sejuk, oleh keluarga dekat dan kerabat yang dituai atau dihormati, kemudian meminta doa restu drai orangtua agar akad nikahnya dapat berjalan lancar.

Makan Nasi Hadap-Hadapan

Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati.
Dalam upacara ini juga biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh pengantin wanita sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap suaminya.

Menyembah Mertua

Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara menyembah pada mertua.
Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki denagn membawa beraneka hidangan tertentu.

Bersiram Kumbo Taman (Mandi Damai)

Upacara mandi damai ini sebagai tanda sebuah ungkapan rasa syukur atas kelancaran keseluruhan rangkaian upacara perkawinan yang telah mempersatukan dua insan menjadi pasangan suani istri yang sah.
Biasanya prosesi adapt ini dilakukan setelah kedua pengantin melangsungkan perkawinan selama tiga hari.

]]>
https://www.sanggarwulandari.com/wd/?feed=rss2&p=79 0
Adat Betawi https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=76 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=76#respond Tue, 18 Jan 2011 17:28:03 +0000 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=76 Perkawinan Adat Pengantin Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi. Didahului masa perkenalan melalui Mak Comblang. Dilanjutkan lamaran. Pingitan. Upacara siraman. Prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Malam pacar, mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

Puncak adat Betawi adalah Akad Nikah. Mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit menandakan masih gadis saat menikah.

Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, Hem, Jas, serta kopiah. Ditambah baju Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, Baju Gamis, Selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menandai agar rumah tangga selalu rukun dan damai.

[sunting]Prosesi Akad Nikah

Mempelai pria dan keluarganya datang naik andong atau delman hias. Disambut Petasan. Syarat mempelai pria diperbolehkan masuk menemui orang tua mempelai wanita adalah prosesi ‘Buka Palang Pintu’. Yakni, dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Pada akad nikah, rombongan mempelai pria membawa hantaran berupa:

  1. Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang. Artinya segala pahit, getir, manisnya kehidupan rumah tangga harus dijalani bersama antara suami istri.
  2. Maket Masjid, agar tidak lupa pada agama dan harus menjalani ibadah salat serta mengaji.
  3. Kekudang, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet, jamblang, dan sebagainya.
  4. Mahar atau mas kawin.
  5. Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik, lasem, kosmetik, sepasang roti buaya. Buaya merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan bersama-sama.
  6. Petisie yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misalnya wortel, kentang, telur asin, bihun, buncis dan sebagainya.

Akad nikah dilakukan di depan penghulu. Setelah itu ada beberapa rangkaian acara:

  1. Mempelai pria membuka cadar pengantin wanita untuk memastikan pengantin tersebut adalah dambaan hatinya.
  2. Mempelai wanita mencium tangan mempelai pria.
  3. Kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan.
  4. Dihibur Tarian kembang Jakarta
  5. Pembacaan doa berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
]]>
https://www.sanggarwulandari.com/wd/?feed=rss2&p=76 0
Adat Batak https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=74 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=74#respond Tue, 18 Jan 2011 17:27:32 +0000 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=74 PEMAHAMAN ADAT BATAK**
Berbicara tentang adat, maka kita berbicara mengenai aturan (role), oleh sebab itu pemahaman adat identik dengan pemahaman aturan. Di dalam sejarah kehidupan manusia, segala aktivitas manusia tidak terlepas dari aturan, yang kita sebut norma. Pelanggaran terhadap suatu aturan atau norma, akan mendapatkan sanksi hukum (punishment) ada hukuman moral dan ada hukuman fisik. Di dalam aturan adat, yang paling dominan adalah norma. Pelanggaran atau kesalahan mengikuti norma, maka pertanggungjawabannya adalah moral. Tujuan memahami aturan/norma adat adalah untuk menghidarkan sanksi moral didalam diri orang yang melanggarnya terutama kalau orang tersebut adalah raja adat. Bagi orang batak, peristiwa adat yang muatan normanya sangat kompleks adalah adat perkawinan dan adat orang meninggal. Hampir semua aspek kehidupan orang batak berdampingan dan bahkan menyatu dengan adat. Acara-acara adat yang demikian adalah; 1. Acara bulan ke-7 kehamilan I seorang ibunya (Nujubulanan) 2. Acara Kelahiran (Esek-esek) 3. Acara pemberian nama (baptis) 4. Acara kedewasaan (Sidi) 5. Acara perkawinan 6. Acara kematian’ 7. Acara menempati rumah baru, dll. Semua acara tersebut di atas mempunyai aturan atau norma pelaksanaannya. Pelanggaran terhadap norma tersebut akan berakibat sanksi moral yang datangnya dari orang yang mendengakan dan melihat perlakuan adat yang di pandu oleh seorang yang disebut raja adat, seperti “ndang diboto adat” dan beban moral sebagai tanggung jawab terhadap generasi muda. Banyak hal yang harus kita jaga di dalam pelaksanaan adat pada setiap acara di atas. Acara 1.- 4 biasanya dilaksanakan sendiri oleh keluarga yang bersangkutan. Di dalam koridor adat, acara yang lain, pada umumnya harus memakai orang lain yang semarga (dongan sabutuha/kahanggi) disebut “Raja Adat” Siapakah Yang Disebut Raja Adat Raja Adat, adalah orang yang donobatkan oleh satu marga di dalam suatu wilayah, yang menguasai dan memahami tatanan dan aturan pelaksanaan adat serta memiliki sifat dan perilaku sbagai berikut: – Raja adat adalah orang yang memahami aturan/adat. – Raja adat adalah orang yang komit dengan adat dan marga – Raja adat adalah orang yang cepat tanggap pada situasi pembicaraan diplomasi – Raja adat adalah orang yang sabar – Raja adat adalah orang yang bersikap, berbicara, tingkah laku sopan dan panutan – Raja adat adalah orang yang kuat dalam pendirian, tegas dalam mengambil keputusan, tetapi tidak otoriter.

Yang Perlu Dipahami

– Nuju bulan; Saat pertama sekali seorang ibu akan melahirkan seorang bayi pertama, waktu umur ke-7 bulan atau lebih didalam kandungan, orang tua dari perempuan membuat acara 7 bulanan. Disebut dalam istilah adatnya, “manaruho aek ni utte, mambosuri, manggirdak, mangalehon ulos mula gabe, manaruhon tinaru”. Dalam acara ini, kedatangan orangtua perempuan tidak begitu diutarakan kepada hela/mantu. Kalaupun ditanya keberadaan mereka dirumah, hanya untuk kepastian ada tidaknya mereka dirumah pada hari yang sudah ditentukan. Ada sebagian yang memberitahukan secara resmi dan meminta kepada helanya agar disambut dengan acara adat juga, menyediakan tudu-tudu ni sipanganon. Catatan: norma memberikan sipanganon tu hula-hula, kalau bukan acara keluarga mis: masuk rumah., tardidi. dll. Harus di antar ketempat hula-hula, sedangkan acara ini adalah acara orangtua perempuan kepada anaknya yang baru pertama kali akan melahirkan.

– Esek-esek Acara ini adalah acara makan-makan sebagai pesta kecil-kecilan dalam bentuk syukuran keluarga yang lahiran seorang bayi. Yang diundang makan adalah para tetangga dan keluarga kandung yang dekat dalam arti tempat. (haroan)

– Mangalap goar/ mangampehon goar. Acara ini adalah bentuk pesta kecil-kecilan karena anak bayi diberi nama. (bagi orang Kristen dibaptis di Gereja) Acara ini merupakan cara memberitahukan nama si bayi supaya orang tahu memanggil namanya.

– Pabangkit hata (melamar) Adalah acara pelamaran orangtua laki kepada orangtua perempuan dengan atas dasar, si laki sudah sepakat dengan si perempuan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih pasti. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian prosesi perkawinan

– Hori-hori dingding Merupakan rangkaian lanjutan acara pabangkit hata. Acara ini cenderung sebagai penjajakan linkage antara kemampuan orang tua laki dengan keinginan orangtua perempuan, apabila hubungan tersebut dilanjutkan kepada pesta perkawinan. Acara ini dilaksanakan secara rahasia oleh saudara prempuan orangtua laki-laki dengan saudara perempuan orangtua perempuan. (acara imformal)

– Patua hata Acara ini merupakan lanjutan pabakkit hata dan hori-hori dingding yang setingkat lebih tinggi kepastiannya. Acara ini menyatakan bahwa hubungan si anak dengan siperempuan bukan hubungan terbatas antara kedua belah pihak tetapi sudah melebar hingga kepada yang berkompeten. Pada saat sekarang acara ini sudah disatukan dengan acara parhusipon. Kalau acara ini tersendiri didalam proses rencana perkawinan, maka acara patua hata, sudah membawa konsep ancang-ancang waktu, marhusip, jumlah undangan, tempat pesta, jumlah sinamot, bentuk ulaon dan sebagainya agar pada acara marhusip semua sudah matang (all ready for go on).

– Marhusip Acara marhusip adalah acara pematangan ancang-ancang menjadi konsep ke jenjang marhata sinamot. Didalam adat batak, dalam membicarakan sesuatu yang akan pasti harus terbuka di antara dalihan natolu. Materi yang dibicarakan di dalam marhusip, sama persis dengan yang dibicarakan dalam acara marhata sinamot. Keterbukaannya adalah menjadi perbedaannya antara marhusip dengan marhata sinamot. Makanya disebut bisik-bisik yang keras karena belum terbuka pembicaraan tersebut dengan dalihan natolu. Bisik-bisik di dalam hal ini adalah, adanya salah satu komponen dalihan natolu yang belum mendengar isi pembicaraan. Yaitu hula-hula kedua belah pihak. Apabila hula-hula kedua belah pihak ikut serta dalam pembicaraan itu, maka parhusipon sudah masuk pada acara marhata sinamot. Pinggan panukkunan sudah harus berjalan, jambar dan situak natonggi serta piso dan upa tulang. Pada pesta unjut hanya menyelesaikan piso dan parjambaran yang belum terlaksana. Kalau marhata sinamot sudah berjalan, maka tinggal pelaksanaan pesta unjut. Catatan. Di sebahagian marga dan luat acara marhusip ditiadakan. Konsep yang sudah disepakati pada acara patua hata langsung dibawa ke acara marhata sinamot sekaligus pesta unjut.

– Todoan. Todoan adalah merupakan hak seseorang untuk menerima sejumlah uang, barang atau ternak dari mertua seorang putrid pada waktu pernikahan. Di daerah tertentu di Humbang Hasundutan, todoan ini sebagai permintaan khusus dari Ibu yang melahirkan pengantin perempuan yang harus dipenuhi oleh orang tua pengantin laki-laki. Sebagai imbalan dari todoan, orangtua dari perempuan harus memberikan “ulos” yang disebut ulos todoan. Todoan ini hendaknya kita lestarikan sebagai Ciri Khas Adat Rambe

Bentuk Ulaon

1. Alap Jual. Alap jual adalah bentuk ulaon perkawinan dimana yang menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pesta perkawinan di kerjakan oleh keluarga perempuan (Bolahan Amak). Pihak keluarga laki-laki tinggal datang dan membawa uang sesuai jumlah yang telah disepakati pada saat marhusip atau patua hata. Setelah selesai pesta. Pengantin perempuan di boyong ke rumah pengantin laki-laki.
2. Taruhon Jual Adalah bentuk pesta perkawinan di mana yang menyediakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pesta dilaksanakan oleh pihak pengantin laki-laki (Bolahan Amak). Pihak pengantin perempuan datang untuk melaksanakan pesta (manaru boru) dan akan menerima dan memberikan segala hak dan kewajiban sesuai dengan apa yang sudah disepakati, didalan acara patua hata atau marhata sinamot. Kedatangan pihak pengantin perempuan disambut oleh keluarga pengantin laki-laki. Sedangkan pada pesta alap jual, keberadaan pihak pengantin perempuan sudah ditempatnya/dihalamannya maka tidak ada lagi penyambutan terhadap pihak par boru.

3. Sulang-Sulang Pahompu/Manggarar Adat Adalah bentuk pesta adat yang dilaksanakan suami istri, karena pada saat perkawinan mereka disebut Mangalua (Kawin Lari). Bentuk perkawinan seperti ini sangat dihindari oleh orang Batak. Perkawinan semacam ini adalah karena sesuatu dan lain hal terpaksa dilaksanakan. Walaupun dengan resiko meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan. Disebut sulang-sulang pahompu karena adat tersebut dilaksanakan setelah suami istri sudah punya anak. Disebut manggarar adat karena perkawinan yang mereka lakukan mendahulukan lembaga perkawinan dan membelakangkan pelaksanaan adatnya. Adat tersebut menjadi hutang yang harus dibayar. Manggarar adat pada umumnya bentuk adat yang dilaksanakan sebelum suami istri yang kawin lari mempunyai anak.
Suhi Ni Amppang Na Opat Suhi ni amppang na opat, sering disamaratakan dikeluarga pengantin laki-laki dengan dikeluarga pengantin perempuan. Apasaja suhi ni amppang na opat bagi Pihak Paranak? a. Suhut Pangamai b. Haha ni Pangoli c. Iboto ni pangoli/Sihutti Appang d. Tulang ni pangoli / sijalo tikting marakkaup Suhi ni Appang na opat bagi pihak par boru adalah a. Suhut Pamarai b. Simandokkon/ iboto ni namuli c. Pariban d. Sijalo upa tulang/ Tulang ni boru muli Satu hal yang perlu kita pahami mengenai Upa Tulang dan Tikting Marakkup. Upatulang adalah sejumlah uang dari sinamot yang diterima yang harus diserahkan orang tua dari penganting perempuan kepada tulangnya pengantin perempuan. Besarnya upa tulang, sesungguhnya adalah menurut perhitungan X : 2 = ½x : 3 Besarnya hasil pembagian itulah yang diserahkan kepada tulangnya pengantin perempuan. Jaman dahulu merupakan ke harusan. Berdasarkan itulah suhut takut untuk me-mark up sinamot kalau hanya untuk di dengan khalayak. Tikting atau cincin marakkup Adalah besarnya jumlah uang yang diambil dari sinamot yang diterima yang harus diberikan oleh orang tua dari pengantin perempuan Kepada tulangnya pengantin laki-laki biasanya ½ dari jumlah upa tulang. Pemberian ini ada kaitannya dengan namanya Tikting atau tittin marakkup. Bagi sebagian daerah disebut Tikting Marakkup, adalah pemberitahuan (Tikting = Warta) kepada tulang dari hela bahwa berenya sudah menjadi hela, sama artinya dengan bere. Sehingga mulai pada saat itu kedudukan mereka terhadap marga helanya adalah sama. (Hot pe jabu I, hot do I margulang-gulang. Tudia pe berei mangalap boru, hot do I boru ni tulang). Di lain daerah mengatakan “Tittin Marakkup” tittin (cincin) adalah pertanda antara dua pihak yang sama menggunakan cincin, bahwa mreka berdua sama kedudukannya terhadap keluarga pengantin laki-laki. Cincing yang dimaksud adalah sejumlah uang yang diberikan kepada tulangnya pengantin laki-laki. Pinggan Panukkunan Bagi orang batak mengatakan “Sai marmula do nauli, sai marmula do nadenggan”. Sebagai kepastian hukum bagi Raja Raja Adat, Natua-tua dan Khalayak, maka untuk memulai suatu pembicaraan resmi dikatakan, “Hesek mulani gondang, serser mula ni tortor, sise mulani hata” Setelah selesai makan, untuk memulai pembicaraan, maka pihak pengantin perempuan menanya keberadaan pinggan panukkunan sebagai kepastian hukum yang akan dibicarakan. Pinggan panukkunan adalah sebuah piring berisi beras secukupnya, daun sirih 5 atau 7 lembar, uang empat lembar dan dulu, selalu disertakan sepotong daging (Tanggo-tanggo). Piring (wadah), beras (kemakmuran), Daun sirih (kesegaran dan kesehatan prima), Uang (suka cita) dan daging masing-masing mempunyai makna dalam pembicaraan resmi pada adat perkawinan. Sebagai pendahuluan menghantarkan pembicaraan raja adat, isi pengantar tersebut harus berkaitan dengan semua isi dari pinggan panukkunan. Selanjutnya pembicaraan memasuki inti dari pesta adat. (Skenario Tanya jawab dalam marhata sinamot pada pesta unjut akan dipelajari dan menjadi inti pertemuan kita) Tikkir Tangga/Paulak Une Acara ini sebetulnya adalah acara yang sangat pribadi bagi kedua belah pihak dan dahulu acara ini sangat sensitive bagi pihak luar terutama paulak une. Itulah sebabnya acara ini dilaksanakan oleh yang bersangkutan (pengantin) dan orangtua pengantin laki-laki. Kalau kita lihat pelaksanaannya, acara tikkir tangga dilaksanakan parboru kerumah paranak sebelum acara patua hata. Tujuannya adalah untuk mengetahui siapakah calon helanya di antara 7anak didalam keluarga nya? Bagi orang batak ada: anak hasudungan, anak bunga-bunga, anak na niain, anak na sinuanhon, anak pisang, anak gappang, anak hatoban. Kalau kedudukan calon helanya diantara 7 macam anak bagi orang batak tidak disukai oleg pihak par boru, maka hubungan pertunangan dapat dibatalkan tanpa ada yang dipermalukan. Acara Paulak Une dilaksanakan minimal seminggu sesudah resmi menjadi suami istri. Tujuannya adalah memberitahukan secara tidak langsung bahwa istrinya adalah boru ni raja dan une atau tidak (perawan atau tidak). Konsekuensinya apabila si istri bukan gadis lagi, pertanda bagi orang tua perempuan, anaknya ditinggalkan dirumah orangtuanya. Pihak parboru harus rela anaknya kembali kerumahnya, walaupun itu menjadi aib* ) Berdasarkan keterangan di atas bahwa sesunggunya pesta perkawinan adat batak tidak mengenal istilah ulaon sadari. Kalau toh harus diadakan maka Tikkir Tangga dan Paulak Une diserahkan kepada kedua belah pihak untuk melaksanakannya kemudian.

]]>
https://www.sanggarwulandari.com/wd/?feed=rss2&p=74 0
Adat Sunda https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=70 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=70#respond Tue, 18 Jan 2011 17:18:59 +0000 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=70 Pernikahan adat Sunda saat ini lebih disederhanakan, sebagai akibat percampuran dengan ketentuan syariat Islam dan nilai-nilai “keparaktisan” dimana “sang penganten” ingin lebih sederhana dan tidak bertele-tele.

Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya, acara “seren sumeren” calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, “nincak endog (nginjak telor), “meuleum harupat”( membakar lidi tujuh buah), “meupeuskeun kendi” (memecahkan kendi, sawer dan “ngaleupaskeun “kanjut kunang (melepaskan pundi-pundi yang berisi uang logam).

Acara “pengajian” yang dikaitkan dan menjelang pernikahan tidak dicontohkan oleh Nabi Saw. namun ada beberapa kalangan yang menyatakan bahwa hal itu suatu kebaikan dengan tujuan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah Swt yaitu melalui penyampaian “do’a”.

Siraman, merupakan simbol kesangan orang tua terhadap anaknya sebagaimana dulu “anaknya ketika kecil” dimandikan kedua orang tuanya. Pada siraman itu, kedua orang tua menyiramkan air “berbau tujuh macam kembang” kepada tubuh anaknya. Konon acara siraman itu dilakukan pula terhadap calon penganten lelaki di rumahnya masing-masing. Syaerat islam tidak mengajarkan seperti itu tapi juga tidak ada larangannya. Asalkan pada acara siraman itu, si calong penganten perempuan tidak menampakan aurat (sesuai ketentuan agama Islam).

Untuk acara sungkeman yang dilakukan setelah “acara akad nikah” dilakukan oleh kedua mempelai kepada kedua orang tuanya masing-masing dengan tujuan mohon do’a restu atas akan memulainya kehidupan “bahtera rumah tangga”. Sungkeman juga dilakukan kepada nenek dan kake atau saudaranya masing-masing.

Acara adat saweran yaitu, dua penganten diberi lantunan wejangan yang isinya menyangkut bagaimana hidup yang baik dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Setelah diberi lantunan wejangan, kemudian di “sawer” dengan uang logamberas kuning, oleh kedua orang tuanya.

Nincak endog yaitu memecahkan telor oleh kaki pengantin priya dengan maksud, bahwa “pada malam” pertamanya itu, ia bersama isterinya akan “memecahkan” yang pertama kali dalam hubungan suami isteri. Kemudian acara lainnya yaitu membakar tujung batang lidi (masing-masing panjangnnya 20 cm) dan setelah dibakar, dimasukan ke air yang terdapat dalam sebuah kendi. Setelah padam kemudian di potong bagi dua dan lalu dibuang jauh-jauh. Sedangkan kendinya dipecahkan oleh kedua mempelai secara bersama-sama.

Acara terakhir adat Sunda , yaitu, “Huap Lingklung dan huap deudeuh (“kasih sayang). Artinya, kedua pengantin disuapi oleh kedua orang tuanya smasing-masing sebagai tanda kasih sayang orang tua yang terakhir kali. Kemudian masing-masing mempelai saling “menyuapi” sebagai tandakasih sayang. Acara haup lingkun diakhir dengan saling menarik “bakakak” (ayam seutuhnya yang telah dibakar. yang mendapatkamn bagian terbanyak “konon akan” mendapatkan rezeki banyak.

Setelah acara adat berakhir maka kedua mempelai beserta keluarganya beristirahat untuk menanti acara resepsi atau walimahan.

]]>
https://www.sanggarwulandari.com/wd/?feed=rss2&p=70 0
Adat pernikahan Yogyakarta https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=67 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=67#respond Tue, 18 Jan 2011 17:18:07 +0000 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=67 Nontoni

Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan kadang-kadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.

Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.

Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.

Upacara Lamaran

Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan menikah kadang-kadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.

  • Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria.
  • Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya.
  • Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa).
  • Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.

Peningsetan Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat.

Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri.

Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur .

Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.

Upacara Tarub

Tarub adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau).

Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.

Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :

  • Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
  • Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
  • Dua untai padi yang sudah tua.
  • Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.
  • Daun beringin secukupnya.
  • Daun dadap srep.

Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu unit (bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak.)

Selain pemasangan tarub diatas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan nasihat yang adi luhung, harapan serta do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa) yang dilambangkan melalui:

  1. Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
  2. Jajan pasar
  3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
  4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
  5. Roti tawar.
  6. Jadah bakar.
  7. Tempe keripik.
  8. Ketan, kolak, apem.
  9. Tumpeng gundul
  10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
  11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
  12. Golong lulut.
  13. Nasi gebuli
  14. Nasi punar
  15. Ayam 1 ekor
  16. Pisang pulut 1 lirang
  17. Pisang raja 1 lirang
  18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
  19. Daun sirih, kapur dan gambir
  20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
  21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
  22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
  23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
  24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
  25. Ayam jantan hidup
  26. Tikar
  27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
  28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
  29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi (merang)
  30. Sayur pada mara
  31. Kolak kencana
  32. Nasi gebuli
  33. Pisang emas 1 lirang

Masih ada lagi petuah-petuah dan nasihat-nasihat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di:

  1. Area sumur
  2. Area memasak nasi
  3. Tempat membuat minum
  4. Tarub
  5. Untuk menebus kembarmayang (kaum)
  6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
  7. Jembatan
  8. Prapatan.

Nyantri

Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara atau tetangga dekat.

Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.

Siraman

Upacara Siraman Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :

  • Kembang setaman secukupnya
  • Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
  • Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
  • Kendi atai klenting
  • Tikar ukuran ½ meter persegi
  • Mori putih ½ meter persegi
  • Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
  • Dlingo bengle
  • Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
  • Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
  • Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
  • Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
  • Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
  • Sabun dan handuk.

Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:

  • Tumpeng robyong
  • Tumpeng gundul
  • Nasi asrep-asrepan
  • Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
  • Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
  • 1 butir telor ayam mentah
  • Juplak diisi minyak kelapa
  • 1 butir kelapa hijau tanpa sabut
  • Gula jawa 1 tangkep
  • 1 ekor ayam jantan

Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.

Midodareni

Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya.

Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.

Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:

  • Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin)
  • Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
  • Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
  • Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.

Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :

  • Nasi gurih
  • Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
  • Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
  • Krecek
  • Roti tawar, gula jawa
  • Kopi pahit dan teh pahit
  • Rujak degan
  • Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (zaman dulu)

Langkahan

Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.

Ijab

Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.

Panggih

Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.

Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:

  1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria
  2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
  3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman

Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.

]]>
https://www.sanggarwulandari.com/wd/?feed=rss2&p=67 0
Adat Jawa – Surakarta https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=64 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=64#respond Tue, 18 Jan 2011 17:15:10 +0000 https://www.sanggarwulandari.com/wd/?p=64 Lamaran

Keluarga calon mempelai pria mendatangi (atau mengirim utusan ke) keluarga calon mempelai perempuan untuk melamar putri keluarga tersebut menjadi istri putra mereka. Pada acara ini, kedua keluarga jika belum saling mengenal dapat lebih jauh mengenal satu sama lain, dan berbincang-bincang mengenai hal-hal yang ringan. Biasanya keluarga dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hak menentukan lebih banyak, karena merekalah yang biasanya menentukan jenis pernikahannya:

  • Paes Agung yaitu pernikahan agung
  • Paes Kesatriyan yaitu pernikahan jenis ksatria yang lebih sederhana

Jika lamaran diterima, maka kedua belah pihak akan mulai mengurus segala persiapan pernikahan.

Persiapan Pernikahan

Setelah lamaran diterima, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan pesta pernikahan. Pesta pernikahan Jawa adat Surakarta yang lengkap memerlukan banyak hal, dan pesta tersebut tidak dapat terlaksana tanpa bantuan seorang profesional. Orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan pernikahan adat Jawa tersebut disebut Pemaes yang mewakili mempelai perempuan. Pemaes atau juru rias ini antara lain bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Selain itu panitia yang terdiri dari sang Pemaesdan kerabat-kerabat dekat pengantin juga mengatur berbagai hal seputar pesta yang akan dilangsungkan:

  • makanan dan minuman yang akan disajikan
  • tari-tarian dan musik (biasanya musik gamelan)yang akan mengiringi pesta
  • pembawa acara (emcee) yang akan diundang
  • acara Siraman
  • acara Ijab dan saksi-saksinya
  • kata sambutan
  • keamanan, transportasi, komunikasi, dokumentasi
  • sewa gedung (akomodasi), perlengkapan pesta, dan lain sebagainya
  • dekorasi tempat pernikahan

Hal terpenting yang harus mereka persiapkan adalah acara Ijab (upacara pernikahan sipil), yang melegitimasi kedua pasangan sebagai suami dan istri yang sah.

Hiasan Pernikahan

Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi janur kuning yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan:

  • pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun).
  • Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat.
  • Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain.
  • Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.

Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut.

Sebelum Tarub dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari: pisangkelapaberasdaging sapitempebuah-buahanrotibunga, bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya.

Arti simbolis dari sesajian ini adalah agar diberkati leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di tempat-tempat dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti kamar mandidapur, pintu gerbang, di bawah Tarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya.

Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggih

Upacara Siraman

Acara yang dilakukan pada siang hari sebelum Ijab atau upacara pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka.

Ada tujuh Pitulungan atau penolong (Pitu artinya tujuh)- biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting – yang membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria.

Acara siraman diawali oleh orang tua dan ditutup oleh Pemaes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi.

Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum acara dimulai:

  • Tempat air dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata air.
  • Kembang setaman yaitu bunga-bunga seperti mawarmelaticempakakenanga, yang ditaruh di air.
  • Aroma lima warna yang digunakan sebagai sabun.
  • Sabun cuci rambut tradisional dari abu dari merangsantan, dan air asam Jawa.
  • Gayung yang berasal dari kulit kelapa sebagai ciduk air.
  • Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk tempat duduk pengantin selama prosesi berlangsung.
  • Kain putih untuk dipakai selama upacara siraman.
  • Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.
  • Kendi.
  • Sesajian

Sesajian merupakan hal yang dianggap penting dalam upacara Jawa. Sesajian untuk siraman terdiri dari berbagai macam sajian:

  • Tumpeng Robyongnasi kuning dengan hiasan-hiasan.
  • Tumpeng Gundhul, nasi kuning tanpa hiasan.
  • Makanan seperti ayam, tahu, telur.
  • Buah-buahan seperti pisang dan lain-lain.
  • Kelapan muda.
  • Tujuh macam bubur.
  • Jajanan seperti kue manis, lemper, cendol.
  • Seekor ayam jago
  • Lampu lentera
  • Kembang Telon – tiga macam bunga (kenanga, melati, cempaka).

Urut-urutan acara siraman adalah sebagai berikut:

  • Pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari kamarnya diiringi oleh orang tuanya masing-masing.
  • Pengantin tersebut berjalan menuju tempat siraman.
  • Beberapa orang berjalan di belakang mereka membawa baju batik, handuk, dan sebagainya.
  • Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa.
  • Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu.
  • Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan dalam posisi berdoa.
  • Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin berkumur tiga kali.
  • Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali.
  • Setelah orang tua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh empat orang lain yang dianggap penting.
  • Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes atau orang lain yang dianggap spesial. Sang pengantin dimandikan dengan sabun dan shampo (secara simbolik).
  • Setelah itu acara pecah kendi yang dilakukan oleh ibu pengantin perempuan.
  • Sang pengantin akan mengenakan baju batik kemudian diiringi kembali ke kamar pengantin dan bersiap siap untuk acara Midodaren

Pecah Kendi

Kendi yang digunakan untuk siraman diambil. Ibu pengantin perempuan atau Pameas(untuk siraman pengantin pria) atau orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan: “Wis Pecah Pamore” – artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah.

Pangkas Rikma lan Tanam Rikma

Acara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di rumah belakang.

Ngerik

Setelah acara Siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Pemaes lalu mengeringkan rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. Rambutnya lalu disisir dan digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan wajah dan leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin. Lalu sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain batik. Sesajian untuk upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman. Biasanya supaya lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan / dimasukkan ke kamar pengantin dan dipakai untuk sesajian upacara Ngerik.

Gendhongan

Kedua orang tua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anak

Dodol Dhawet

Kedua orang tua pengantin wanita berjualan minuman dawet yaitu minuman manis khas Solo, tujuannya agar banyak tamu yang datang.

Temu Panggih

Penyerahan pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat untuk pengantin perempuan.

Penyerahan Cikal

Sebagai tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu apapun.

Penyerahan Jago Kisoh

Sebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas.

Tukar Manuk Cengkir Gading

Acara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading, sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan masyarakat

Upacara Midodaren

Acara ini dilakukan pada malam hari sesudah siramanMidodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik dewi Widodari. Pengantin perempuan akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan memberikan nasihat kepada pengantin perempuan.

Orang tua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.

Peningsetan

Peningsetan yang berasal dari kata ‘singset’ atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan. Keluarga pengantin pria datang berkunjung ke kediaman keluarga pengantin perempuan membawa berbagai macam hadiah:

  • Satu set Suruh Ayu (semacam daun yang wangi), mendoakan keselamatan.
  • Pakaian batik dengan motif yang berbeda-beda, mendoakan kebahagiaan.
  • Kain kebaya, mendoakan kebahagiaan.
  • Ikat pinggang kain (setagen) bewarna putih, melambangkan kemauan yang kuat dari mempelai perempuan
  • Buah-buahan, mendoakan kesehatan.
  • Berasgulagaramminyak, dll, melambangkan kebutuhan hidup sehari-hari.
  • Sepasang cincin untuk kedua mempelai.
  • Sejumlah uang untuk digunakan di acara pernikahan.

Acara ini disebut juga acara serah-serahan – bisa diartikan sang calon mempelai perempuan ‘diserahkan’ kepada keluarga calon mempelai pria sebagai menantu mereka atau calon mempelai pria nyantri di kediaman keluarga calon mempelai perempuan.

Pada masa kini, demi alasan kepraktisan, kedua belah pihak kadang-kadang dapat berbicara langsung tanpa upacara apapun. Selain menghemat waktu dan uang, juga langsung pada pokok persoalan.

Sesajian untuk upacara midodaren:

  • Nasi dimasak dengan santan.
  • Ayam inkung yang telah dimasak
  • Bumbu sayuran
  • Kembang telon
  • Teh dan kopi pahit
  • Minuman kelapa muda dengan gula kelapa
  • Lampu lentera yang dinyalakan
  • Pisang Raja
  • Kembang setaman
  • Lemper, kue
  • Rokok dan kretek

Barang-barang yang ditaruh di kamar pengantin:

  • Satu set Kembar Mayang.
  • Dua kendi yang diisi bumbu, jamu, beras, kacang, dll, dan ditutupi kain batik.
  • Dua kendi yang berisi air kembang setaman ditutupi daun dadap serep.
  • Ukub yaitu sebuah nampan berisi wangi-wangian daun dan bunga yang diletakkan di bawah tempat tidur.
  • Suruh Ayu
  • Kacang
  • Tujuh macam kain tradisional.

Makanan sesajian dapat dikeluarkan dari kamar setelah tengah malam. Sanak keluarga dan para tamu dapat memakannya. Pada zaman dahulu, acara temu keluarga antara kedua keluarga pengantin dilakukan setelah tengah malam, namun sekarang ini, dengan alasan kepraktisan, kedua keluarga dapat bertemu seperti yang disebutkan di atas.

Nyantri

Selama acara midodaren berlangsung, calon mempelai pria tidak boleh masuk menemui keluarga calon mempelai perempuan. Selama keluarganya berada di dalam rumah, ia hanya boleh duduk di depan rumah ditemani oleh beberapa teman atau anggota keluarga. Dalam kurun waktu itu, ia hanya boleh diberi segelas air, dan tidak diperbolehkan merokok. Sang calon mempelai pria baru boleh makan setelah tengah malam. Hal itu merupakan pelajaran bahwa ia harus dapat menahan lapar dan godaan. Sebelum keluarganya meninggalkan rumah tersebut, kedua orang tuanya akan menitipkan anak mereka kepada keluarga calon mempelai perempuan, dan malam itu sang calon mempelai pria tidak akan pulang ke rumah. Setelah mereka keluar dari rumah dan pulan, calon mempelai pria diijinkan masuk ke rumah namun tidak diijinkan masuk ke kamar pengantin. Calon mertuanya akan mengatur tempat tinggalnya malam itu. Ini disebut dengan NyantriNyantri dilakukan untuk alasan keamanan dan praktis, mengingat bahwa besok paginya calon pengantin akan didandani dan dipersiapkan untuk acara Ijab dan acara-acara lainnya.

Upacara Ijab

Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ini disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.

Pawai (untuk anggota kerajaan)

Untuk pernikahan anggota kerajaan Surakarta, setelah upacara panggih diakhiri dengan pawai yang meriah agar seluruh warga kota Solo dapat melihat anggota kerajaan yang baru menikah. Pada acara ini seluruh anggota keraton termasuk tentara keraton berpakaian serba tradisional.

Jika yang menikah adalah seorang pangeran, maka sang pangeran mengendarai kuda di bagian paling belakang pawai, di belakang kereta kerajaan yang berisi sang istri pangeran.

Prosesi pawai mengelilingi halaman keraton selama satu kali kemudian iring-iringan akan memasuki halaman keraton.

Upacara panggih/temu (mengawali acara resepsi) Pada upacara ini kembar mayang akan dibawa keluar rumah dan diletakan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Kembar mayang adalah karangan bunga yang terdiri dari daun-daun pohon kelapa yang ditancapkan ke sebatang tanggul kelapa. Dekorasi ini memiliki makna yang luas:

  • Berbentuk seperti gunung, tinggi dan luas, melambangkan seorang laki-laki harus berpengetahuan luas, berpengalaman, dan sabar.
  • Hiasan menyerupai keris, pasangan harus berhati-hati di dalam hidup mereka.
  • Hiasan menyerupai cemeti, pasangan harus selalu berpikir positif dengan harapan untuk hidup bahagia.
  • Hiasan menyerupai payung, pasangan harus melindungi keluarga mereka.
  • Hiasan menyerupai belalang, pasangan harus tangkas, berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk keselamatan keluarga mereka.
  • Hiasan menyerupai burung, pasangan harus memiliki tujuan hidup yang tinggi.
  • Daun beringin, pasangan harus selalu melindungi keluarga mereka dan orang lain.
  • Daun kruton, melindungi pasangan pengantin dari roh-roh jahat.
  • Daun dadap serep, daun ini dapat menjadi obat turun panas, menandakan pasangan harus selalu berpikiran jernih dan tenang dalam menghadapi segala permasalahan (menenangkan perasaan dan mendinginkan kepala).
  • Bunga Patra Manggala, digunakan untuk mempercantik hiasan kembar mayang.

Sebagai hiasan, sepasang kembar mayang diletakkan di samping kanan dan kiri tempat duduk pengantin selama resepsi pernikahan. Kembar mayang hanya digunakan jika pasangan pengantin belum pernah menikah sebelumnya.

Setelah itu pengantin laki-laki (dengan ditemani kerabat dekatnya (orang tuanya tidak boleh menemaninya dalam acara ini) tiba di depan gerbang rumah pengantin perempuan dan pengantin perempuan keluar dari kamar pengantin dengan diapit oleh dua orang tetua perempuan dan diikuti dengan orang tua dan keluarganya. Di depannya dua anak perempuan (yang disebut Patah) berjalan dan dua remaja laki-laki berjalan membawa kembar mayang dan kemudian melanjutkan upacara dengan melakukan beberapa ritual:

Balangan Suruh Pada saat jarak mereka sekitar tiga meter, mereka saling melempar tujuh bungusan yang berisi daun sirihjeruk, yang ditali dengan benang putih. Mereka melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar jadi pengantin. Selain itu ritual ini juga melambangkan cinta kasih dan kesetiaan.

Wiji Dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah dengan kaki kanan, kemudian pengantin perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya dan istri yang taat melayani suaminya

Pupuk Ibu pengantin perempuan yang mengusap pengantin laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga.

Sindur Binayang Di dalam ritual ini ayah pengantin perempuan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan, ibu pengantin perempuan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa sang ayah menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan sang ibu memberikan dukungan moral.

Timbang / Pangkon Di dalam ritual ini pasangan pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin perempuan, dan sang ayah akan berkata bahwa berat mereka sama, berarti bahwa cinta mereka sama-sama kuat dan juga sebagai tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya.

Tanem Di dalam ritual ini ayah pengantin perempuan mendudukkan pasangan pengantin di kursi pengantin sebagai tanda merestui pernikahan mereka dan memberikan berkat.

Tukar Kalpika Mula-mula, pengantin pria meninggalkan kamarnya dengan diapit oleh anggota laki-laki keluarga (saudara laki-laki dan paman-paman). Seorang anggota keluarga yang dihormati terpilih untuk berperan sebagai kepala rombongan.

Pada waktu yang sama, pengantin perempuan juga meninggalkan kamar sambil diapit oleh bibi-bibinya untuk menemui pengantin pria. Sekarang kedua pengantin duduk di meja dengan wakil-wakil dari masing-masing keluarga, dan kemudian saling menukarkan cincin sebagai tanda cinta.

Kacar-kucur / Tampa Kaya / Tandur Dengan bantuan Pemaes, pasangan pengantin berjalan dengan memegang jari kelingking pasangannya, ke tempat ritual kacar-kucur atau tampa kaya. Pengantin pria akan menuangkan kacang kedelai, kacang tanah, beras, jagung, beras ketan, bunga dan uang logam (jumlahnya harus genap) ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah. Pengantin perempuan menerima hadiah ini dengan dibungkus kain putih yang ada di pangkuannya sebagai simbol istri yang baik dan peduli.

Dahar Kembul / Dahar Walimah Kedua pengantin saling menyuapi nasi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah dan senang dan saling menikmati milik mereka bersama. Pemaes akan memberikan sebuah piring kepada pengantin perempuan (berisi nasi kuning, telur goreng, kedelai, tempe, abon, dan hati ayam). Pertama-tama, pengantin pria membuat tiga bulatan nasi dengan tangan kanannya dan menyuapkannya ke mulut pengantin perempuan. Setelah itu ganti pengantin perempuan yang menyuapi pengantin pria. Setelah makan, mereka lalu minum teh manis.

Rujak Degan Acara pembuka untuk anak pertama, memohon supaya segera memiliki anak. Rujak degan artinya agar dalam pernikahan selalu sehat sejahtera.

Bubak Kawah Acara perebutan alat-alat dapur untuk anak pertama. Artinya agar pernikahan keduanya sehat dan sejahtera.

Tumplak Punjen Acara awal untuk anak bungsu. Artinya segala kekayaan ditumpahkan karena menantu yang terakhir.

Mertui Orang tua pengantin perempuan menjemput orang tua pengantin laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. Kedua ibu berjalan di muka, kedua ayah di belakang. Orang tua pengantin pria duduk di sebelah kiri pasangan pengantin, dan sebaliknya.

Sungkeman Kedua pengantin bersujud memohon restu dari masing-masing orang tua. Pertama-tama ayah dan ibu pengantin perempuan, kemudian baru ayah dan ibu pengantin pria. Selama sungkemanPemaes mengambil keris dari pengantin pria, dan setelah sungkeman baru dikembalikan lagi.

Resepsi Setelah semua upacara selesai dilakukan, saatnya untuk resepsi pernikahan dan para tamu mulai makan dan minum makanan tradisional Solo dengan disertai tari tradisional Jawa dan musik gamelan. Acara foto-foto dan salam-salaman dengan kedua pengantin juga dilangsungkan.

]]>
https://www.sanggarwulandari.com/wd/?feed=rss2&p=64 0